Menggemakan Aksi Nyata & Diplomasi Tegas: Sorotan Pidato Prabowo di PBB
Pada 23 September 2025, Presiden Prabowo Subianto tampil menyampaikan pidato pertamanya di panggung Sidang Umum ke-80 Perserikatan Bangsa-Bangsa. (Urutan tampilnya adalah sebagai pembicara ketiga dalam sesi pagi) Pidato tersebut mendapat sorotan dan tepuk tangan dari hadirin karena sejumlah poin tegas, inspiratif, dan simbolis yang disampaikan secara lugas. Berikut adalah poin-poin penting yang membuat pidato itu begitu diperhatikan:
1. Ketahanan Pangan & Transformasi Indonesia menjadi Lumbung Pangan Dunia
Salah satu hal yang mendapat sorakan tepuk tangan adalah ketika Prabowo menjelaskan bahwa Indonesia telah mencetak prestasi dalam sektor pangan: negara kini tidak hanya swasembada beras, tetapi juga mulai mengekspor beras ke negara-negara yang membutuhkan, termasuk Palestina. Ia menyebut bahwa hal ini bukan sekadar kebanggaan nasional, melainkan bentuk tanggung jawab global Indonesia sebagai negara berkembang dengan potensi besar. Tekanan pada inovasi pertanian, rantai pasok yang tangguh, serta pemberdayaan petani menjadi inti dari narasi yang menggugah banyak delegasi.
2. Aksi Nyata Hadapi Krisis Iklim & Ancaman Pesisir
Prabowo secara tegas menyebut bahwa perubahan iklim telah menjadi kenyataan bagi Indonesia, khususnya negara kepulauan. Ia menyebut kenaikan permukaan laut di pantai utara sebagai ancaman nyata: meningkat lima sentimeter setiap tahun. Menurutnya, pembangunan tanggul laut sepanjang 480 km tengah direncanakan untuk meredam dampak tersebut—meskipun prosesnya memakan waktu panjang. Pesan utamanya: Indonesia memilih aksi nyata, bukan sekadar retorika dalam menghadapi krisis iklim global. Komitmen pada reforestasi, pemulihan hutan, pengalihan ke energi terbarukan, dan target net zero menjadi bagian vital dari visi jangka panjang.
3. Solusi Dua Negara (Two-State Solution) untuk Konflik Palestina-Israel
Dalam pidatonya, Prabowo menekankan pentingnya solusi dua negara sebagai jalan perdamaian yang adil dan realistis antara Israel dan Palestina. Ia menyampaikan bahwa Indonesia mendesak dialog internasional, penghentian kekerasan, serta jaminan keamanan bagi semua pihak sebagai langkah menuju perdamaian berkelanjutan. Penekanan ini disambut baik oleh banyak delegasi, terutama negara-negara yang peduli konflik Timur Tengah dan aspirasi kemerdekaan rakyat Palestina.
4. Pesan Inklusivitas Agama & Persatuan Global
Salah satu momen simbolis yang menyentuh hati peserta adalah penutup pidato Prabowo, ketika ia mengucap salam yang melintasi batas agama dan budaya: “Wassalamu’alaikum” (Islam), kemudian “Om Shanti” (Hindu), serta salam dari tradisi Yahudi dan Buddha. Aksi ini dianggap sebagai gestur diplomasi simbolis yang menegaskan bahwa perdamaian dan persatuan umat manusia tidak boleh dibatasi identitas agama atau kepercayaan. Ucapan tersebut mendapat tepuk tangan hangat sebagai bentuk apresiasi atas sikap inklusif dan retorika yang menyatukan.
5. Gaya Penyampaian Tegas & Energi yang Memikat
Tak hanya substansi, cara penyampaian Prabowo juga turut memberi kesan mendalam. Gaya berpidato yang penuh semangat, ketegasan suara, serta ekspresi tubuh yang kuat membuat pesan-pesannya terasa hidup. Bahkan media luar Negeri dan beberapa pemimpin seperti Presiden Trump memuji bahwa pidato Prabowo “penuh ketegasan dan energi” yang berhasil menggugah perhatian dunia. Momen saat mengetukkan meja sebagai penegasan dalam pembicaraan juga menjadi sorotan simbolik.
Pidato yang Menjadi Titik Awal Diplomasi Aktif Indonesia
Pidato Presiden Prabowo Subianto di PBB 2025 bukan sekadar pembacaan naskah diplomatik. Ia menyatukan semangat nasionalisme, komitmen global, dan nilai-nilai inklusif dalam wadah internasional. Poin-poin seperti ketahanan pangan, aksi iklim nyata, perdamaian Palestina, dan salam lintas agama menunjukkan bahwa Indonesia ingin tampil sebagai negara yang tidak hanya memperjuangkan kepentingan sendiri, tetapi juga menjadi suara kolektif bagi negara berkembang dan dunia global.